بِسۡمِ ٱللَّهِ
ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ
Hadirin
wa hadirah...
”Menuntut
ilmu itu wajib bagi setiap Muslim lelaki dan Muslim perempuan” [HR Ibnu Majah]
"Barangsiapa menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, Allah akan
memudahkan baginya jalan menuju surga." (Bukhari-Muslim)
Menuntut
ilmu wajib bagi setiap Muslim. Artinya jika kita menuntut ilmu kita mendapat
pahala. Sebaliknya jika tidak, kita berdosa. Tanpa ilmu semua amal kebaikan
yang kita lakukan akan ditolak (HR Muslim).
Kenapa?
Karena bisa jadi amal kita itu justru keliru dan malah merugikan orang. Sebagai
contoh, jika ada orang yang membangun jembatan yang sangat besar melintas sungai,
jika tanpa ilmu jembatan tersebut bisa runtuh dan menewaskan orang yang
melewatinya. Begitu pula jika kita shalat tanpa ilmu, maka shalat kita bisa
keliru. Mungkin ada rukun yang keliru atau malah tidak dikerjakan sama sekali.
a. Larangan Taqlid atau Membebek tanpa Ilmu
Dalam Islam kita dilarang membebek/taqlid
meski kita mengikuti ulama:
وَلَا تَقۡفُ مَا لَيۡسَ
لَكَ بِهِۦ عِلۡمٌۚ …
“Janganlah kamu mengikuti apa yang kamu
tidak mempunyai pengetahuan tentangnya...” (Al Israa’:36). Kenapa? Itu sudah dijelaskan
ayat di atas. Apalagi ulama juga banyak yang berbeda pendapat.
Bahkan Imam Al Ghazali mengatakan ada 2
ulama yaitu ulama akhirat (yang benar) dan ulama su’ (jahat) yang justru
menyesatkan manusia. Celaka atas umatku dari ulama yang buruk. (HR. Al Hakim)
Sesatnya ummat Yahudi dan Nasrani karena
mereka taqlid kepada ulama mereka sehingga ketika para ulama mereka
mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram, mereka pun mengikutinya:
ٱتَّخَذُوٓاْ أَحۡبَارَهُمۡ
وَرُهۡبَٰنَهُمۡ أَرۡبَابٗا مِّن دُونِ ٱللَّهِ …
”Mereka
menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain
Allah... (At Taubah: 31)
۞يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِنَّ
كَثِيرٗا مِّنَ ٱلۡأَحۡبَارِ وَٱلرُّهۡبَانِ لَيَأۡكُلُونَ أَمۡوَٰلَ ٱلنَّاسِ بِٱلۡبَٰطِلِ
وَيَصُدُّونَ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِۗ …
“Hai
orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim
Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan
batil dan mereka menghalang-halangi manusia dari jalan Allah...” (At Taubah:
34) Tentu anda bertanya, ”Saya kan masih awam. Kalau saya tidak mengikuti ulama
bagaimana?” Belajar pada ulama yang lurus itu wajib. Tapi anda harus dapat
dalil Al Qur’an dan Hadits dari guru anda. Bukan sekedar ucapan guru anda
belaka. Sebab sumber pedoman dalam Islam hanya Al Qur’an dan Hadits.
Ada pun
pendapat selain Allah dan Nabi itu tidak maksum. Sering salah dan berbeda-beda
antara satu ulama dengan ulama lainnya. Anda bisa memeriksa kebenaran ajaran
guru anda dengan memeriksa dalil Al Qur’an dan Hadits yang dia berikan.
“Aku
tinggalkan dua perkara untuk kalian. Selama kalian berpegang teguh dengan
keduanya tidak akan tersesat selama-lamanya, yaitu Kitabullah dan Sunnahku...”
[HRImam Malik]
Guru yang
baik akan memberikan anda dalil Al Qur’an dan Hadits untuk setiap ilmu agama
yang dia berikan. Sebagai contoh, dalil untuk mengerjakan shalat dan membayar
zakat adalah:
وَأَقِيمُواْ
ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتُواْ ٱلزَّكَوٰةَ وَٱرۡكَعُواْ مَعَ ٱلرَّٰكِعِينَ ٤٣
”Dirikanlah
shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku'” (Al
Baqarah:43)
Ada baiknya
anda berguru pada banyak guru sebagaimana Imam Malik yang sampai mempunyai 900
guru sehingga bisa membandingkan ajaran guru yang satu dengan yang lainnya dan
memilih dalil mana yang terkuat.
b. Ilmu yang Wajib Kita Pelajari adalah Ilmu
yang Bermanfaat
Anas ra berkata: Rasulullah SAW berdoa:
"Ya Allah, manfaatkanlah untuk diriku apa yang telah Engkau ajarkan
kepadaku, ajarilah aku dengan apa yang bermanfaat bagiku, dan limpahkanlah
rizqi ilmu yang bermanfaat bagiku)." Riwayat Nasai dan Hakim.
Menurut Imam Al Ghazali dalam kitab Ihya Uluumuddiin,
mempelajari ilmu agama tentang kewajiban agama, serta halal/haram adalah fardlu
’ain. Artinya setiap Muslim wajib mempelajarinya. Contohnya karena sholat itu
wajib, kita harus mempelajari shalat. Segala macam yang berkaitan dengan sahnya
sholat seperti wudlu dan mandi junub juga harus kita pelajari. Sebab jika kita
junub dan tidak tahu cara mandi junub sehingga kita berhadats besar, maka
segala sholat yang kita lakukan sia-sia karena bersih dari segala najis dan
hadats itu adalah syarat sahnya shalat. Padahal Shalat itu tiang agama. Shalat
adalah amal yang pertamakali diperiksa di Hari Kiamat. Jika shalatnya rusak,
meski amalan yang lain sangat baik, otomatis ke neraka.
Bagaimana jika shalat kita masih belum
betul? Jawabannya kita harus selalu belajar/mengaji kepada para ustadz. Sebab
selama kita masih menuntut ilmu, Allah masih memaklumi. Tapi jika sudah salah
tidak mau belajar, ini adalah calon yang tepat untuk menghuni neraka.
Ada pun ilmu-ilmu lain seperti Ilmu
Kedokteran agar kita bisa menolong orang sakit atau ilmu Peperangan agar dapat mempertahankan
negara itu adalah Fardlu ’Ain. Jika semua Muslim tidak melakukannya, semua
berdosa. Tapi jika ada beberapa orang yang mengerjakannya, semua terbebas dari
kewajiban itu. Ilmu yang tidak bermanfaat bahkan membawa mudlarat seperti ilmu
sihir, ilmu ramal/nujum haram untuk dipelajari dan diamalkan.
c. Ilmu harus Segera Diamalkan/Dikerjakan
Ilmu jika tidak diamalkan akan sia-sia.
Tidak ada manfaat. Orang yang sudah capek-capek belajar ilmu kedokteran kemudian
tidak memanfaatkannya untuk menolong orang sebagai dokter maka ilmu itu tidak
bermanfaat baginya. Jika kita belajar doa ”Bismillahi tawakkaltu...” ketika
akan bepergian kemudian tidak membacanya maka ilmu itu tak bermanfaat bagi
kita. Ilmu begitu didapat harus langsung diamalkan. Sebab jika menunggu banyak
kemudian baru mengamalkannya, itu sangat...sangat berat.
Seorang alim yang tidak beramal seperti
lampu yang membakar dirinya sendiri (HR Ad-Dailami).
إِنَّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ
وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ لَهُمۡ جَنَّٰتٞ تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُۚ
ذَٰلِكَ ٱلۡفَوۡزُ ٱلۡكَبِيرُ ١١
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan
amal-amal yang saleh bagi mereka surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai;
itulah keberuntungan yang besar.“ (Al Buruuj:11)
Di dalam Al Qur’an banyak ayat yang menulis
bahwa orang yang beriman dan beramal kebaikan akan masuk surga. Orang yang
tidak beramal akan merugi. Orang yang punya ilmu tapi tidak mengamalkannya itu
seperti pohon yang tidak berbuah. Tidak ada manfaatnya.
d. Setelah Mengamalkan Ilmu, Ajarkan Ilmu ke
Orang Lain
Setelah kita mengamalkan ilmu kita, kita
juga wajib untuk mengajarkannya. Tuntutlah ilmu, sesungguhnya menuntut ilmu
adalah pendekatan diri kepada Allah Azza wajalla, dan mengajarkannya kepada
orang yang tidak mengetahuinya adalah sodaqoh.
Sesungguhnya ilmu pengetahuan menempatkan
orangnya, dalam kedudukan terhormat dan mulia (tinggi). Ilmu pengetahuan adalah
keindahan bagi ahlinya di dunia dan di akhirat. (HR. Ar-Rabii')
Wahai Abu Dzar, kamu pergi mengajarkan ayat
dari Kitabullah lebih baik bagimu daripada shalat sunnah seratus rakaat. Pergi
mengajarkan satu bab ilmu lebih baik daripada shalat seribu raka'at. (HR. Ibnu
Majah)
Itulah keutamaan mengajarkan ilmu. Jika
kita tidak mengajarkannya atau merahasiakannya resikonya sebagai berikut:
Barangsiapa ditanya tentang suatu ilmu lalu
dirahasiakannya maka dia akan datang pada hari kiamat dengan kendali di
mulutnya dari api neraka. (HR. Abu Daud).
e. Ajarkan Ilmu Tauhid ke Lingkungan Terdekat
Hendaknya kita mengajarkan Tauhid ke
lingkungan terdekat kita. Sebagai contoh, Luqman mengajarkan anaknya agar tidak
mempersekutukan Allah:
وَإِذۡ
قَالَ لُقۡمَٰنُ لِٱبۡنِهِۦ وَهُوَ يَعِظُهُۥ يَٰبُنَيَّ لَا تُشۡرِكۡ بِٱللَّهِۖ
إِنَّ ٱلشِّرۡكَ لَظُلۡمٌ عَظِيمٞ
“Luqman berkata
kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku,
janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya memperse-kutukan Allah
adalah benar-benar kezaliman yang besar." (Luqman:13)
f.
Kerjakan Lebih Dulu Sebelum Anda Mengajarkan Ilmu ke
Orang Lain
۞أَتَأۡمُرُونَ ٱلنَّاسَ بِٱلۡبِرِّ
وَتَنسَوۡنَ أَنفُسَكُمۡ …
“Mengapa kamu suruh orang lain berbuat
baik, sedang kamu sendiri tidak mengerjakannya?...“ (Al Baqarah:44).
Itu adalah kecaman Allah terhadap orang
yang sering ceramah agar manusia berbuat baik sedang dia sendiri tidak mengerjakan
apa yang diceramahkannya. Mengerjakan kebaikan memang hal yang sulit. Semoga
Allah SWT memberi kita kekuatan untuk melakukan itu.
Amal harus sesuai dengan ilmu. Ulama yang
tidak mengerjakan ilmunya, apalagi itu menyangkut hal yang wajib atau haram,
maka dosanya dua kali lipat dibanding dengan orang yang biasa.
Orang yang paling pedih siksaannya pada
hari kiamat ialah seorang alim yang tidak mengamalkan ilmunya. (HR Al-Baihaqi)
Ilmu yang bermanfaat jika sudah dipelajari itu haruslah diimani
atau diyakini kebenarannya. Kemudian diamalkan.
Setelah itu diajarkan.
Ridha
Syahida Imanisalma Zakiyah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar